Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Duniaku lainnya di IDN App

The Last of Us

Game of The Year

ranking



The Last of Us

Naughty Dog dan Screen Gems Siapkan Film The Last of Us

Left Behind

The Last of Us

.



Lords of the Fallen, Game Tiruan Dark Souls Berkarakter Mirip Kratos, Masuk Android dan iOS



Ya, kami tahu kalian lebih berharap sebuah fantasi baru. Namun inilah Square Enix. Developer yang dulunya begitu dipuja karena selalu menghadirkan seri fantasi baru, tidak pernah terpikir kata port dan remake, sepertinya mereka sudah berubah. Stempel developer spesialis remake pun pantas diberikan untuknya. Namun di sisi lain, versi remaster seperti ini adalah kesempatan kedua, atau pertama, main salah satu Final Fantasy terbaiknya dengan kualitas yang lebih nyaman di mata, serta kepuasaan dapatkan konten yang sebelumnya eksklusif Jepang. Kami rasa tetap ada kepuasan tersendiri, meskipun ada sedikit rasa dongkol karena harus membeli lagi game tersebut. Apalagi port lainnya untuk PS4 yang sepertinya juga cuma sekadar aji mumpung saja (baca: 

Final Fantasy X/X-2 HD Remaster Resmi Untuk PS4, Final Fantasy VII Dijual 200 Ribuan

).



Sama seperti di atas, ketika memandangnya sebagai sebuah game remake, kalian pasti juga merasa jengah menempatkannya di jajaran 10 game terbaik ini. Namun harus diakui, Capcom memiliki tim marketing yang hebat. Coba kalian bayangkan, kenapa yang sekadar upgrade minor, dijual dengan harga nyaris sama seperti game sebelumnya, tetap saja laku? Kalau gak laku, tidak mungkin ada

Ultra Street Fighter IV

, bahkan sampai edisi Omega (baca:

Ternyata Ryu dan Ken Itu Aslinya Berwujud Serigala dan Elang Dalam Ultra Street Fighter IV

), serta di-port untuk konsol now-gen. Overall, Ultra menawarkan sistem yang paling solid dari semua Street Fighter IV, dengan semua balancing, revisi mekanis, dan juga kostum yang membuat karakter terlohat beda (baca:

Kreatifnya Capcom, Kini Seluruh Isi Kebun Binatang Dimasukkan Dalam Ultra Street Fighter IV

).



Kami yakin mayoritas Citizen gamer pembaca Duniaku mengenal Shin Megami Tensei, atau Persona. Apalagi Persona 4, yang dipandang sebagai Persona tersukses dalam sejara serial tersebut. Untuk sebuah game yang sebelumnya selalu berkubang di pasar yang niche, Persona 4 juga menjadi contoh jika developer Jepang tidak harus bertahan di genre yang sudah dikuasainya, dan Atlus juga sukses menawarkan game fighting

Persona 4 Arena

. Untuk sekuelnya, meskipun di sisi mekanis pertarungan (ditangani Arc System Works) Ultimax tidak meningkat jauh dari prekuelnya, namun skenario ceritanya yang lebih terasa sebagai spin off bisa menjadi hiburan tersendiri, ditangani dengan serius, dan sama sekali tidak terasa game ini sekadar ada untuk menambah pemasukan Atlus.



Kingdom Hearts II Final Mix

Kingdom Hearts Birth by Sleep Final Mix

high definition

Kingdom Hearts HD 2.5 ReMIX



Salah satu keunggulan PS3 adalah cadangan RPG Jepangnya yang seakan tidak habis, meskipun generasi konsol sudah mulai beralih. Seperti

Atelier Escha & Logy: Alchemists of the Dusk Sky

 ini, yang menurut kami juga menjadi yang terbaik dari keseluruhan seri Atelier. Dari judulnya langsung terbaca, ada dua tokoh sentral. Dan itulah yang menjadi keunggulannya, untuk pertama kalinya di tengah seri Atelier, kalian bisa memilih mau memainkan Escha atau Logy. Dan yang kami sukai dari dua opsi tersebut, dua karakter mewakili style yang berbeda. Cerita Escha untuk tipikal cerita seri Atelier yang menyenangkan, penuh warna, dan aktivitas meracik resep alkimia. Untuk pemain RPG generik yang baru mengenal Atelier, mainkan saja Logy, dengan sisi lain cerita yang lebih gelap, dan fokus unsur RPG tradisional seperti penjelajahan dunia.



Assassin's Creed Unity

Review Assassin’s Creed Rogue: Pembuktian dari Si “Anak Tiri” Ubisoft

AC III

AC IV: Black Flag,

sub-plot

Unity.



Untuk kategori game fighting, jelas ada yang lebih baik dari game ini. Namun bagi kalian penggemar 

JoJo's Bizarre Adventure, All Star Battle

 menjadi satu-satunya pilihan terbaik untuk menggambarkan keseluruhan manga karangan Hirohiko Araki karena menampilkan lebih dari 40 karakter yang diambil dari delapan story arc-nya (14 terbuka dari awal, sisanya melalui DLC), dan itu yang terlengkap hingga saat ini. Patut diapresiasi adalah Namco Bandai Games, yang berhasil membawa versi manganya menjadi hidup, dan mau membawa game dengan sarat referensi material aslinya (ya, lengkap dengan pose-pose para karakternya yang agak nyeleneh, kostum yang juga aneh, dialognya pun juga seperti versi manga), serta tidak merubahnya dalam format game, ke pasar luar Jepang.



Bicara PS3 tidak lepas dari image RPG Jepang. Dan salah satu RPG Jepang yang legendaris adalah serial Tales, yang tahun ini diwakili oleh

Tales of Xillia 2

-- yah, sedikit agak terlambat dari perilisan versi Jepangnya sih! Menjadi sekuel yang hanya terpaut setahun secara setting dalam game dari Xillia pertama, Xillia 2 ini banyak diragukan mampu sebaik game sebelumnya. Apalagi sejarah sudah membuktikan, jika game Tales dengan kontinuitas cerita biasanya tidak sebaik pendahulunya, seperti Tales of Destiny 2. Ya, memang tidak sebaik yang pertama, namun Bandai Namco menggunakan sekuel ini untuk banyak pembenahan, memperbaiki apa yang baik dari prekuelnya, meningkatkan sistem pertarungannya, memperbanyak aktivitas karakter serta cerita yang lebih dalam dan emosional.

NEXT ->

10 Game Wii U Terbaik 2014!

Editorial Team

EditorUrameshi